Pages

Jumat, 29 April 2011

Belajar dari Kisah Tukang Kayu

Seorang tukang kayu yang sudah tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.



Pemilik perusahaan merasa sedih karena akan kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu dan berkata “Ini adalah rumahmu, hadiah dari kami.”

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya dia. Seandainya saja ia mengetahui bahwa rumah yang ia kerjakan untuk dirinya sendiri,  tentu ia akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.


------------------------------------
Sahabat MUHASABAH...... Itulah yang terjadi pada kehidupan kita.
Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan.
Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik.
Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik.
Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Sahabat MUHASABAH kita semua adalah si tukang kayu yang sedang membangun rumah untuk kita sendiri.
Maka mulai detik ini tentukanlah Sahabatku, rumah seperti apa yang akan kita bangun,
apakah rumah tersebut menjadi Syurga atau sebaliknya menjelma menjadi neraka.
Saat ini, setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap, untuk rumah masa depan kita.
Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya karena hanya dikerjakan sekali saja dalam seumur hidup.

Sahabat MUHASABAH Hidup kita esok hari adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini.
Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.